Contoh 4
AKUNTANSI KEPERILAKUAN
Aspek Keperilakuan dalam Audit Internal
BAB 1
PENDAHULUAN
Audit pada saat ini telah menjadi
bagian penting dalam dunia akuntansi, khususnya aspek-aspek yang terkait dengan
proses pengambilan keputusan dan aktivitas-aktivitas auditor dalam
mempertimbangkan sesuatu sebelum mengambil keputusan. Terdapat banyak hal yang
dapat dipertimbangkan sebagai data pendukung dalam pengambilan keputusan yang
mengarah pada aspek keperilakuan auditor.
Salah satu karakteristik yang
membedakan akuntan publik dengan auditor internal berkaitan dengan keterikatan
secara pribadi.Akuntan publik terikat dengan catatan-catatan suatu organisasi
dan prinsip-prinsip akuntansi yang dibangun oleh badan profesi
akuntansi.Sebaliknya, auditor internal terkait dengan aktivitas-aktivitas
manajemen dan orang-orang yang menjalankan operasi organisasi.
Dari penjelasan di atas dapat
disimpulkan bahwa audit internal mengevaluasi aktivitas yang dilakukan oleh orang-orang
sehingga terdapat hubungan pribadi antara orang yang dievaluasi dengan orang
yang mengevaluasi dengan para audit.
Tujuan :
1.
Untuk memenuhi tugas seminar
akuntansi, sehingga membantu keefektifan dalam pembelajaran pada pembahasan
“Akuntansi Keperilakuan : Aspek Keperilakuan pada Audit Internal”.
2.
Untuk mengetahui bagaimana sikap
seorang audit dalam menyelesaikan
konflik saat melakukan audit, serta apakah ada etika dalam pelaksanaan audit.
Rumusan Masalah :
1.
Apakah Terdapat cara menilai sebuah konflik
dalam pelaksanaan Audit ?
2.
Tindakan yang bagaimana seorang
audit dalam menyelesaikan konflik.
3.
Adakah gaya manajemen yang bisa
digunakan oleh audit dalam pelaksanaanya.
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Memotivasi
Pihak Yang Diaudit
Motivasi
merupakan alat bantu keperilakuan terbesar bagi audit internal. Dalam teori
motivasi, dikenal dengan lima kebutuhan pokok Maslow. Dua dari kebutuhan pokok
tersebut adalah keinginan untuk menjadi bagian dari organisasi dan kebutuhan
untuk diterima dan dikenal, sehingga dapat melayani auditor internal secara
baik.
1)
Kebutuhan Menjadi Bagian dari Organisasi
Bagian
audit merupakan bagian dari keseluruhan organisasi yang berdedikasi untuk
memperbaiki operasi organisasi tersebut. Pihak yang diaudit dapat dijanjikan
bahwa pendapat mereka akan diterima dan dipertimbangkan untuk dimasukkan dalam
pertimbangan keseluruhan manajemen guna memperbaiki kondisi operasi organisasi.
Para
auditor diminta untuk mendekati pihak yang diaudit dengan bahasa yang
memperkuat kebutuhan ini dan potensi penyelesaian serta dengan mempercayai
pihak yang diaudit untuk membantu atau mengambil bagian atas
pencapaian tujuan dari pekerjaan audit sekarang. Hal ini harus dicapai melalui
jaminan dari pihak yang diaudit bahwa sikap positif mereka akan dicerminkan
secara langsung ataupun tidak langsung dalam laporan audit.
2)
Menghormati Diri Sendiri dan Orang Lain
Kebutuhan
akan rasa hormat ini dapat dikaitkan dengan keyakinan pihak yang diaudit untuk
bertindak langsung dalam kerja sama dengan staf audit untuk mengidentifikasikan
bidang – bidang yang bermasalah, membantu dalam investigasi terhadap kinerja,
serta mengembangkan tindakan – tindakan korektif. Aspek terpenting disini
adalah auditor mengidentifikasikan tindakan – tindakan pihak yang diaudit
secara langsung sebagai bagian dari usaha audit. Pihak yang diaudit biasanya
akan menerima rasa hormat dan respons manajemen melalui penerapan audit yang
merupakan bagian dari manajemen yang berpengaruh dalam melakukan perbaikan
operasional manajemen.
B. Hubungan dengan Gaya Manajemen
Terdapat empat gaya manajemen
(kepemimpinan) secara umum. Empat gaya tersebut meliputi :
·
Gaya mengarahkan
Gaya mengarahkan berarti pemimpin memberikan intruksi
spesifik dan mengawasi penyelesaian pekerjaan dari dekat.
Pada gaya pertama,
aturan – aturan manajemen dipatuhi secara sangat ketat. Auditor seharusnya
tidak membuat ikatan – ikatan dengan staf tanpa persetujuan manajemen. Akan
tetapi, hal ini membuat auditor kesulitan untuk memperoleh informasi maupun
akses terhadap informasi, sehingga harus diambil langkah lain.
·
Gaya melatih
Gaya melatih berarti pemimpin tidak hanya memberikan
pengarahan dan mengawasi penyelesaian tugas dari dekat, tetapi juga menjelaskan
keputusan, menawarkan saran, dan mendukung kemajuan bawahannya.
·
Gaya mendukung
Gaya mendukung berarti pemimpin memudahkan dan mendukung
upaya bawahan untuk penyelesaian tugas serta berbagi tanggung jawab dalam
pembuatan keputusan dengan bawahan.
·
Gaya mendelegasikan
Gaya mendelegasikan berarti pemimpin menyerahkan tanggung
jawab pembuatan keputusan dan pemecahan masalah kepada bawahan secara relative
utuh.
Bila audit dilakukan
menggunakan pendekatan audit tradisional, maka auditor akan mempercayai atau
mau membantu audit tersebut secara penuh. Auditor sebaiknya memilih pendekatan
yang membuatnya dapat berhubungan dengan kelompok pihak yang diaudit.
Menggunakan
suatu pendekatan audit yang konflik dengan filosofi manajemen dari manajemen
pihak yang diaudit akan menyebabkan audit kesulitan dalam perolehan bantuan
serta kerja sama secara sukarela.
Dari
empat gaya tersebut, gaya pertama dan gaya keempat merupakan gaya yang
terpenting. Pada gaya pertama,
auditor seharusnya mencoba untuk bekerja sama dengan seluruh manajemen dalam
proses audit sehingga dapat meyakinkan pihak manajeman bahwa auditor berada di
pihak mereka dan mempunyai tujuan untuk mengembangkan desain guna membantu
memperbaiki operasi. Pada gaya keempat,
auditor seharusnya mengambil pendekatan bahwa mereka merupakan bagian dari tim
manajemen dan bertindak sebagai rekan kerja atau konsultan.
C.
Pengelolaan
Konflik
Konflik
adalah suatu karakteristik yang kerap kali terjadi pada proses audit (Chambers
at al., 1987). Konflik sering kali membantu pencapaian tujuan audit, tetapi
jika tidak ditangani lebih awal, maka konflik akan menjadi lebih tajam dan
luas. Konflik dapat terjadi dalam hal –
hal seperti berikut :
a. Lingkup seperti terhadap manajemen.
b. Tujuan sebagaimana terhadap auditor eksternal.
c. Tanggung jawab seperti layanan manajemen.
d. Nilai dominasi atau persepsi terhadap peran audit dari
kacamata pihak yang diaudit.
Dalam bidang akuntansi, konflik
dapat terjadi antara auditor yang cenderung mempertahakan profesionalismenya
dan pihak yang diaudit yang cenderung mempertahankan lembaga atau keinginannya.
Dapat disimpulkan bahwa ketika seorang auditor bekerja pada suatu lembaga
bisnis professional, yang dikelilingi oleh suatu birokrasi, konflik dan
hilangnya nilai – nilai serta norma – norma profesionalisme akan muncul. Di pihak
lain, sikap dan keyakinan yang berkaitan dengan lingkungan anggota seprofesi
sering kali dibentuk oleh kondisi birokrasi.oleh karena itu, sikap yang
dimunculkan oleh satu atau beberapa orang professional yang mempertahankan
nilai – nilai profesionalismenya akan cenderung menjadi pemicu konflik.
Aranya dan Ferris (1984) telah melakukan survey terhadap
auditor dan dapat kesimpulan menyatakan bahwa:
1) Konflik yang terjadi pada organisasi profesi akuntan lebih
tinggi dibandingkan dengan konflik yang terjadi pada akuntan yang bekerja
dilingkungan organisasi bisnis bukan profesi.
2) Dalam organisasi
professional, tingkat konflik yang diterima berbanding terbalik dengan posisi
individu dalam suatu birokrasi.
3) Persepsi konflik
berhubungan secara negative dengan kepuasan kerja dan berhubungan secara
positif dengan kecenderungan untuk berpindah kerja.
Konflik akan muncul ketika di dalam
organisasi bisnis profesional terdapat sebagian orang yang memegang teguh nilai
–nilai profesionalismenya, sementara sebagian lainnya tidak bahkan cenderung
untuk menghilangkan nilai–nilai tersebut.
Ada empat metode khusus yang secara umum digunakan untuk
menyelesaikan konflik:
1) Arbitrasi : Pada metode ini,
ketika terjadi suatu konflik muncullah kelompok ketiga yang menjadi suatu
harapan penyelesaian konflik dalam organisais tersebut Mediasi. Hanya saja
banyak phak yg tidak menggunakan metode ini karena masalah biaya yg dianggap
mahal (expensive).
2) Mediasi : Metode terbaik lainnya yaitu mediasi.Mediasi merupakan
jenis metode kompromi dengan pengecualian bahwa mediasi yang menggunakan
sseorang juri cenderung memegang teguh kepentingan – kepentingan organisasi.
3) Kompromi : Metode yang terbaik dan paling sering digunakan dalam
pendekatan keperilakuan adalah metode kompromi, jika perbedaan masih dapat di
kompromikan.
4) Langsung
D. Masalah – Masalah Hubungan
Brink dan Witt (1982) mempunyai daftar
konsep yang akan membantu untuk memperlakukan orang dengan lebih baik. Konsep-konsep
tersebut adalah:
a)
Terdapat variasi umum dalam kemampuan dan sifat-sifat dasar
individu, oleh sebab itu auditor seharusnya mempertimbangkannya
dalam kaitannya dengan karyawan pihak yang diaudit.
b)
Keberagaman perasaan-perasaan dan emosi,
sehingga
auditor seharusnya mengidentifikasi keberagaman perasaan dan mencoba menangani
hal tersebut secara efektif.
c)
Keberagaman persepsi.
Staf
pihak yang diaudit tidak memandang dengan cara yang sama seperti yang dilakukan
oleh staf audit.
d)
Ukuran kelompok pihak yang diaudit dapat berpengaruh pada
hubungan.
Auditor
diharuskan untuk memodifikasi pendekatan secara teknis ketika menghadapi kelompok
yang lebih luas.
e)
Pengaruh dari berbagi situasi operasi sebagai suatu variasi
akhir.
Setiap
perubahan situasi mempengaruhi perasaan dan tindakan seseorang, auditor
seharusnya m memasuki variasi ini ke dalam pertimbangannya pada hubungan
interpersonal.
E. Karakteristik Umum Individu
Brink dan
Witt (1982) juga telah membuat suatudaftar mengenai karakteristik kelompok
individu dari orang-orang yang beradadalam berbagai tingkatan. Auditor
seharusnya mempertimbangkan hal tersebut karena hal ituberpengaruh terhadap
kepribadian,sikap,dan aktivitas. Pengetahuan dan pertimbangan atas perbedaan
inidapat membantu untuk memastikan hubungan yang lebih harmonis.
Pada umumnya sifat yang muncul pada berbagai tingkatan dalam
setiap individudari pihak yang diaudit meliputi :
a) Menjadi Produktif, sibuk padapekerjaan-pekerjaan yang
bermakn.
b) Mempunyai dorongan kearah dedikasi terhadap suatuusaha yang
dianggap penting.
c) Mempunyai keinginan untuk melayani dan memberikan bantuan
kepada individu lain.
d) Bebas
ubtukmemilihguna mendapatkan indenpendensi dan kebebasan pilihan.
e) Memiliki sifat yang adil dan jujur.
f) Memiliki bias pada diri sendiri,tercermin pada sikap yang
lebih suka dipuji dibandingkan dengan kritik.
g) Mencari kepuasan diri sendiri.
h) Memiliki nilai
untukmendapatkan imbalan atas usahanya.
i) Bersikap seperti orang-orang yang patuh dan dapat
beradaptasi secara baik
j) Menjadi bagian tim
yang sukses.
k) Memiliki rasa haru atas bencana yang menimpa orang lain.
l) Memiliki keterkaitan pada pemaksimalan kepuasan diri
sendiri.
m) Lebih cenderung untuk sensitive dibandingkandengan membantu
orang.
F. Kesadaran pada diri sendiri
Dalam
suatu situasi dimana terdapat banyak hubungan interpersonal sebagaimana yang
terdapat didalam audit internal, merupakan hal penting untuk menyadari dan
memegang teguh keseimbangan serta untuk memandabg diri sendiri sebagaimana
orang lain memandangnya (Ratclff et al,1988).
Beberapa
elemen utama dari aspek yang terpenting kondisi ini adalah:
a. Adanya pengetahuan terhadap kekuatan dan kelemahan orang
lain dalam berhubungan secara mental ,fisik dan karakterisrik pribadi.
b. Rasa memiliki terhadap produktivitas dan kepuasan kelompok
kerja.
c. Kesadaran terhadap perintah dasar dalamlingkungan relative
yang dimilki seseorang dimana orang tersebut harus menyesuaikan diri dengan
kelompok organisasi yang luas.
d. Suatu keinginan untuk melayani kebutuhan- kebutuhan orang
lain
e. Suatu perasaan memiliki atas produktivitas yang didasarkan
pada ego seseorang.
f. Suatau perasaan keterpaduan yangberasal dari kepercayaan
bahwa seseorang berpartisipasi dalam suatu lingkungan secara etis.
G.Komunikasi secara Efektif
Komunikasi ini terdiri atas wawancara, musyawarah, laporan
lisan, laporan tertulis. Perintah seorang auditor dengan menggunakan komunikasi
yang efektif merupakan cara yang positif untuk menciptakan lingkungan yang
harmonis dalam menjalankan audit.
Terdapat unsur-unsur
yang dipresentasikan baik secara lisan maupun tulisan yang dipertimbangkan
untuk memiliki hubungan perilaku yang baik unsur tersebut adalah :
a) Jangan bicara atau menulis dalam bentuk langsung sebab
auditor bukanlah bagian dari manajemen.
b) Jangan menggunakan istilah-istilah yang berimplikasi pada
kesalahan-kesalahan dari pihak yang diaudit.
c) Jangan menjadikan pihak yang diaudit sebagai pokok bahasan
baik secara verbal maupun tertulis.
d) Ketika memberikan saran pertimbangkan sifat ego pihak yang
diaudit sebab hal ini berimplikasi kepadaanggapan mereka .
e) Mengijinkan pihak
yang diaudit untuk melakukan perubahan dalam bahasa laporan sepanjang tidak
mengubah subtansinya.
f) Jangan berargumen atau berkomentar mengenai moralitas,
karena auditor mencari fakta dan tidak bertindak sebgai seorang penasihat yang
berhungan dengan moral.
g) Menjaga laporan dan memberikan keadilan.
h) Mengaitkan dengan
kondisi lingkungan ketika mencari penyebab dari temuanya.
i) Mengizinkan paihak yang diaudit sepanjang proses
penyusunan laporan untuk mengungkapkan
pendapat
j) Sopan dengan seluruh tingkatan staff pihak yang diaudit dan
menyambut manajemen pihak yang diaudit dengan rasa hormat.
k) Melakukan pertemuan dan wawancara dikantor pihak
yangdiaudit.
l) Mempertimbangkan
kemungkinatekanan yang muncul dalam diri pihak yang diaudit.
H.
Menghadapi
banyaknya Oposisi
Terdapat tiga jenis pokok dari
banyaknya oposisi :
·
Suatu indikasi yg menunjukkan kurang pentingnya audit
·
Pihak yg diaudit bertindak dalam suatu gaya konfrontasional.
·
Pihak yg diaudit menolak untuk mengambil berbagai tindakan selama atau secara audit.
I. Pelaksanaan Audit Partisipatif
Telah
menjadi suatu hal yang umum dalam audit bahwa inti dari kinerja audit yang baik
berasal dari pendekatan keprilakuan.
Audit Partisipatif, yaitu proses yang melibatkan
bantuan klien dalam mengumpulkan data, mengevaluasi operasi, dan mengoreksi
masalah. Jadi audit ini merupakan kemitraan untuk menyelesaikan masalah,
sehingga terkadang disebut audit kemitraan.
Elemen keprilakuan tersebut meliputi:
a) Pada awal audit, tanyakan pada pihak yang diadit bidang mana
yang akan diaudit.
b) Bangun suatu pendekatan kerja sama dengan staf pihak yang
diaudit dalam menilai.
·
Pemrogram audit
·
Pelaksanaan audit
c) Perolehan persetujuan dan rekomendasi untuk tindakan koreksi
d) Dapatkan persetujuan atas isi laporan
e) Memasukan informasi
nyata pada laporan audit. Partisipasi didalam audit membantu memecahkan
berbagai permasalahan dan mengordinasikan tindakan korektif.Seluruh
keberhasilan diatas tergantung pada kredibilitas auditor atas kekejujuran.
BAB III
KESIMPULAN
Audit merupakan salah satu bidang kajian akuntansi. Dalam
audit tidak hanya dibicarakan tentang teknik – teknik audit tetapi juga
bagaimana auditor mengambil kebijakan untuk menentukan suatu fakta. Sering
kali, pertimbangan – pertimbangan yang diambil oleh auditor menjadi penentu
dalam memutuskan suatu masalah, terutama dalam hal menetapkan pendapat. Untuk
itu, sikap, persepsi, dan perilaku menjadi acuan dalam pembahasan mengenai
pertimbangan seorang auditor, baik auditor internal maupun eksternal.
No comments:
Post a Comment